Yang Terlupakan.

Menjadi orang yang selalu terlupakan sepertinya sudah menjadi jalan hidup saya. Apakah ini takdir atau memang kutukan? Entahlah. Rasanya saya sudah berdamai dengan hal ini.

Tak ada lagi rasa kecewa. Tak ada lagi mengharap. Tak ada penyesalan. Tak juga menganggap ini menyedihkan. 

Saya sudah menikmatinya saat ini. 

Lucu juga, hal yang saya anggap kelemahan selama ini ternyata bisa menjadi hal yang berguna juga. Dan itu cocok dengan pribadi saya yang soliter.

Saya membayangkan jika saya adalah seorang mata- mata. Saya tak mudah dikenali. Jejak saya mudah terhapus. Mudah masuk dalam komunitas dan menghilang begitu saja.

Sepertinya saya cocok dengan pekerjaan tersebut. 

Kesendirian ini kini sudah menjadi teman. Tidak terlalu buruk juga. Saya merasa lebih fokus terhadap diri saya sendiri. Melakukan apa pun yang saya suka. 

Tidak memikirkan circle ini circle itu, tidak harus melakukan sesuatu agar orang lain mengakui diri kita. Serta hal - hal yang melelahkan lainnya.

Kini saya lebih menghargai kehidupan saya sendiri. Menikmati detik detik yang saya miliki.

Saya rasa saya cukup bahagia.

Bukankah tujuan kehidupan adalah bahagia?


Photo by Derek Lee on Unsplash


Komentar

  1. Ah, aku juga merasakan hal yang sama: terlupakan dan sendirian. Terkadang aku baik-baik saja dengan itu, tetapi, yah, terkadang sedih juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Kimi, big hug for you. Memang tak mudah melaluinya. Tapi kita pasti kuat :)

      Hapus

Posting Komentar

Form for Contact Page (Do not remove)